Bandung (BRS) – Sebagai negara berkembang, Industri di Indonesia juga mulai mengarah kepada industri 4.0 atau revolusi industri keempat. Dimana kehadiran revolusi ini telah membantu aktivitas manusia baik dari segi kualitas maupun efisiensi waktu.
“Kesiapan industri Indonesia dalam menghadapi 4.0 ini, setidaknya bisa dilihat dari 4 hal,” ungkap Rektor ITB Kadarsah Suryadi kepada wartawan di sela-sela Internasional Joint Conference 2019, di aula timur ITB. Senin (28/10).
Menurutnya, Point pertama yang harus dilihat adalah apakah sudah ada industri di indonesia yang menjalakan 4.0 hal ini erat kaitannya dengan peran perguruan tinggi untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang nantinya akan bekerja di Industri yang sudah menerapkan 4.0 dimana hal ini sudah dilakukan di Industri maju seperti Jerman, Jepang, China ataupun Korea.
“Jika industrinya sudah beroperasi di Indonesia, tentunya akan memudahkan kami untuk menyiapkan dari sisi SDM nya untuk merancang dan mendesainnya untuk bekerja di industri 4.0,” tegasnya.
Setelah itu, point yang kedua adalah perlu adanya membuat exsisting industri indonesia untuk masuk ke industri 4.0 yakni dengan membuat ekosistem inovasi. Hal ini sebagai salah satu langkah strategis dalam mengimplementasikan revolusi industri ke empat, dengan kolaborasi lintas sektor yakni pemerintah, akademisi dan pelaku industri.
Lebih jauh, Kadarsah mengatakan, untuk regulasi dengan sendirinya akan terbentuk sejalan dengan berjalannya industri 4.0 di Indonesia. Dan point ke empat adalah sudah barang tentu, diperlukan Supply Chain tidak hanya dari Row Material menjadi produk jadi saja, tapi juga Supply Chain dari infrastukturnya manufaktur industri 4.0 tersebut.
Karena, imbuhnya, ada impact dari
Industri dari 4.0 kearah jasa seperti e- commerse dimana hal sudah berjalan dengan baik.