Melestarikan Teh Kejek Garut Kesukaan Kaisar Jepang

Liputan6.com Garut – Bau asap sisa pembakaran teh langsung menyengat saat pertama kali memasuki bangunan hitam kusam ini. Beberapa orang dengan pakaian lusuh khas pekerja pabrikan, tampak asyik melakukan aktivitasnya sebagai pengolah teh Kejek di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Bagi masyarakat Garut yang wilayahnya terkenal dingin, minuman teh dan kopi hangat adalah paduan serasi alami yang tidak dipisahkan hingga kini. Namun, khusus teh, ada satu proses pembuatan teh alami dan tradisional yang masih dipertahankan hingga kini.

Teh Kejek (injak), namanya. Proses pembuatan teh tersebut menggunakan injakan kekuatan kaki itu masih berlangsung hingga kini, sejak pertama kali diajarkan pengelola perkebunan Belanda satu abad silam.

“Mungkin yang masih bertahan hingga kini salah satunya kami,” ucap Oos Affandi (54), pengolah teh Kejek asal Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Garut, Minggu, 11 Maret 2018.

Oos menyatakan, proses pembuatan teh Kejek memang terbilang unik dan langka. Sejak pertama kali diajarkan pegawai kebun Belanda di Perkebunan Teh Cikajang, Garut, yang terkenal kualitas teh hijaunya pada 1900 silam, hingga kini masih mempertahankan proses pengolahan tradisional itu.

Kejek dalam bahasa Sunda yang berarti “diinjak”, memang sebagian besar masih menggunakan alat tradisional. Termasuk mengandalkan tenaga kaki dalam teknik injakan teh tersebut.

Tujuan utamanya adalah mengeluarkan getah daun teh agar mendapatkan hasil fermentasi lebih baik.

“Semakin banyak getah yang dikeluarkan semakin baik teh yang dihasilkan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *