FASHIONNYA ANAK MUDA BANDUNG YANG BERKEMBANG DI SAAT PANDEMI

Bandung (BRS) – UMKM di tangan anak muda memang beda. Begitulah cottongo, pelaku UMKM fashion asal Bandung ini berani membuat terobosan. Hasilnya, di masa pandemi covid-19, penjualannya naik hingga 300%. Inilah kisah semangat dan keberhasilan anak muda berwiraswata.

Adalah Muhammad Taufik, anak muda Bandung yang enerjik dan kreatif membuka usaha fashion pria. Sejak masih kuliah ia memiliki  passion di  bidang bisnis. Mulanya ia menekuni produksi asesories dari bahan kulit. Selepas lulus perguruan tinggi ia  terjun dalam bisnis fashion, khususnya busana anak muda.

“Sebenarnya bisnis fashion sudah cukup ramai, tapi saya yakin masih ada peluang untuk produk fashion saya,” ujar Taufik  owner UMKM Cottongo mengawali obrolan dengan Redaksi BRS, Rabu (1/12/2021).

Melalui brand “Cottongo”, Taufik  memilih target pasar profesional muda. Alasannya sederhana, para profesional muda adalah orang yang kerap memperhatikan penampilannya.

Nama Cottongo sengaja dipilihnya, selain terasa unik, salah satu produknya adalah busana casual berbahan dasar katun, sesuai dengan taglinenya “Your comfortable daily wear companion”.
Cottongo mencoba memenuhi kebutuhan profesional muda khususnya anak muda dalam berbusana.

Varian busana yang diproduksinya terkesan smart and simple alias casual outfit. Desain Cottongo diakui banyak diilhami dari brand-brand terkenal, namun tim desain Cottongo, menyesuaikannnya dengan selera anak muda Indonesia.

“Saya dan tim manajemen Cotongo, kebanyak anak muda, jadi kami tahu apa yang diinginkan para profesional muda,” ungkap Taufik.

Taufik sebagai pelaku UMKM mengakui bahwa menjalankan usaha itu tidak mudah tapi dirinya percaya apabila ditekuni secara serius akan berkembang.

“Kendala yang kita temui selama menekuni usaha ini adalah permodalan,” ucapnya.

Taufik menceritakan, setelah UMKM nya menjadi mitra binaan Telkom Witel Bandung Barat, sebagian persoalan permodalan sudah terpecahkan berkat bantuan dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Selain itu, Telkom juga kerap memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan.

“Bantuan permodalan dari Telkom itu saya manfaatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi,” jelas Taufik.

Sekarang pesanan berapa pun ia mampu memenuhinya. Bicara pemasaran, Taufik menjelaskan, usahanya banyak dibantu oleh pemasaran secara digital.

“Jujur di awal pandemi adalah masa terberat, waktu itu PSBB dan kami berinsiatif berjualan melalui marketplace,” ujar Taufik.

“Kita harus jeli dan mau belajar hal baru, saya pun di awal pandemi dipaksa untuk beradaptasi, untuk mengembangkan usaha secara digital, dan sekarang manfaatnya besar,” sambungnya.

“Hasil dari belajar pemasaran secara digital, kini pemasaran Cottongo sekarang lebih banyak secara online,” ujar Taufik.

Ia menyebut pemasaran secara digital ini cukup menjanjikan. Ada dua marketplace yang ia manfaatkan untuk memudahkan pelanggan menjangkau produk-produknya.

Langkah pemasaran digital ini diambil karena Cottongo, belum memiliki outlet atau toko untuk menjual produknya.

“Lagi pula selama pandemi Covid-19  kita tidak dimungkinkan untuk kontak secara fisik dengan pelanggan,” kilahnya.

Pemasaran digital menurutnya banyak memberi kemudahan bagi calon pembelinya. Calon pembeli tinggal memilih melalui marketplace. Setelah itu, transaksi pembayaran dapat diselesaikan dengan mudah melalui transfer bank atau dompet digital. Kemudian, dikirimkan ke alamat yang dituju melalui jasa pengiriman.

Tak hanya marketplace, Taufik juga mencoba memperkenalkan produknya melalui sosial media. Profesional muda yang tertarik dengan produknya bisa mengunjungi akun instagramnya: Cotton.go. Akun instrgamnya itu, secara rutin diperbarui dengan konten-konten yang sudah disiapkan sebelumnya.

“Pembaruan konten ini perlu, agar Cottongo, bisa selalu dekat dengan followernya,” ujar Taufik.

Untuk meningkatkan awareness mereknya, Ia berencana menjalin kerjasama dengan beberapa influenser. Jika saat ini  Cottongo hanya membuat busana untuk pria, Taufik berkeinginan untuk juga masuk ke pasar busana perempuan.

“Busana perempuan, khususnya busana perempuan dewasa cukup besar, apalagi perempuan itu kan sangat memperhatikan busana yang dikenakannya,” ujarnya.

Bahkan, tak cuma menambah varian produk agar pesanan yang meningkat, Taufik  pun bisa membuka peluang kerja baru bagi masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *