Bandung (BRS) – Debat pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Barat sangat penting sebagai sarana bagi calon gubernur dan wakilnya untuk memaparkan visi, misi, serta program kerja yang akan mereka jalankan jika terpilih. Melalui debat, masyarakat dapat melihat dan menilai kapasitas, kompetensi, dan pemahaman calon terhadap isu-isu strategis di Jawa Barat, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, hingga lingkungan.
Dengan demikian, debat menjadi wadah transparansi dan keterbukaan, memungkinkan calon pemilih untuk memahami komitmen dan rencana konkret yang ditawarkan.
Selain itu, debat pilgub juga memberi ruang bagi para kandidat untuk menunjukkan kemampuan komunikasi, cara berpikir, serta solusi mereka dalam mengatasi permasalahan.
Dengan adanya debat, masyarakat dapat membandingkan pandangan dan pendekatan para calon dalam menangani isu-isu krusial, yang mungkin tidak dapat tersampaikan secara lengkap melalui kampanye tertulis atau media lainnya.
Debat juga penting untuk memperkuat prinsip demokrasi, di mana calon pemimpin diuji dan diuji di hadapan publik. Hal ini membantu pemilih untuk lebih mengenal calon secara lebih mendalam, sehingga mereka dapat membuat pilihan yang lebih bijak dan tepat.
“Alhamdulillah, debatnya berjalan dengan lancar, baik, menarik, dan sukses,” kata Ketua KPU Jabar Ummi Wahyuni kepada media, usai acara debat di Graha Sanusi UNPAD Bandung, Senin (11/11/2024).
“Ini debat yang pertama. Kami juga akan melakukan evaluasi terkait teknis debat yang memang perlu ada perbaikan,” ucap.Ummi.
“Ya, kami sangat memahami terkait kendala teknis, ini menjadi perbaikan nanti untuk debat yang kedua dan ketiga,” imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU Jabar Hedi Ardia menjawab soal kritik dan saran tentang teknis debat yang dinilai terlalu singkat, hanya 2 menit untuk menyampaikan visi-misi dan 45 detik untuk menjawab setiap pertanyaan.
“Untuk debat awal saja, setiap pasangan hanya diberikan 2 menit. Kemudian untuk pertanyaan yang diajukan moderator, jawabannya disingkat menjadi 45 detik. Total waktu debat tadi hampir 3 jam,” ungkap Hedi.
“Bisa dibayangkan jika kita menambah waktu lagi. Saat ini saja, waktu debat yang sudah dipersingkat masih mencapai hampir 3 jam. Itu salah satu poinnya,” lanjut Hedi.
Selain itu, untuk durasi waktu ini, kata Hedi, sebetulnya sudah maksimal dengan 2 menit dan 45 detik setiap sesi.
“Mungkin bisa diubah, tapi kita perlu mempertimbangkan tingkat konsentrasi penonton. Terlalu lama bisa membuat mereka bosan. Jadi, sebaiknya kita pertahankan durasi sekarang,” jelasnya.
Selanjutnya untuk debat kedua, Hedi mengaku akan meminta masukan dari tim perumus dan pihak-pihak lain tentang apa saja yang harus diperbaiki.
“Tadi saya juga dapat pesan dari tim perumus bahwa kita berhasil menghindari topik yang tidak diinginkan, misalnya tentang harta pribadi, yang bisa mengundang perdebatan di luar konteks tema. Kita sengaja menyesuaikan format tanya-jawab antar pasangan dengan tema yang ditentukan,” pungkas Hedi.