MENRISTEK DUKUNG BIO FARMA MENJADI INDUSTRI BERBASIS INOVASI

Bandung (BRS) – Menristek Dukung Bio Farma Menjadi  Industri Bebasis Inovandung – Menteri Riset Teknologi / Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang P.S Brodjonegoro, mengadakan kunjungan kerja ke Bio Farma Bandung, Kamis (12/12). Kehadiran Menristek RI ini diterima langsung oleh Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir beserta jajaran Board of Executives Bio Farma. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat perkembangan inovasi Riset dan Pengembangan yang dilakukan oleh Bio Farma, melalui mekanisme kerjasama riset dan konsorsium bersama Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia, dan juga kerjasama riset dengan negara lain.

Kepada media, Bambang Brodjonegoro mengatakan, bahwa Kemenristek/BRIN sudah mengenal Bio Farma sebagai industri yang aktif melakukan riset dan hilirisasi bersama lembaga penelitian. Dan tujuan kedatangannya ke Bio Farma untuk melihat fasilitas R&D yang terkait dengan Organisasi Kerjasama Islam dimana Bio Farma menjadi center of excellence dari pengembangan serum dan vaksin untuk negara OKI dan Indonesia melalui Bio Farma yang paling berpengalaman diantara negara OKI.

Sementara itu, Direktur Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, bahwa Bio Farma yang sudah menjadi holding farmasi akan menjadi pilar untuk bisa mengembangkan produk health security sesuai arahan presiden.

Di tempat yang sama, Senior Executives Vice President (SEVP) Penelitian dan Pengembangan Bio Farma, Adriansjah Azhari mengatakan, dalam meluncurkan produk terbaru, Bio Farma mengacu kepada prioritas yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), seperti vaksin Typhoid Conjugate dan Rotavirus yang saat sedang Bio Farmapersiapkan, untuk diluncurkan pada tahun 2021 dan 2022.

Dalam kunjungannya ke Bio Farma, Menristek sempat mengunjungi fasilitas laboratorium Center of Excellence yang terletak di dalam kampus Bio Farma. Laboratorium ini telah menjadi rujukan bagi negara – negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk pelatihan dan sharing experience and knowledge dari Bio Farma tentang pembuatan vaksin yang sesuai dengan standar dari WHO.

Honesti Basyir pun memberikan laporan bahwa lab yang diresmikan pada tahun 2019 ini, telah dikunjungi oleh beberapa negara, seperti pada 2 – 9 Desember 2019 yang lalu, negara Senegal mengunjungi lab ini dalam kegiatan  Reverse Linkage Senegal – Indonesia yang merupakan bagian dari kerjasama Selatan – Selatan dari Bappenas dan Islamic Development Bank (IsDB). Kemudian pada bulan Oktober 2019 yang lalu sebanyak 16 Delegasi dari 16 Negara OIC mengikuti pelatihan mengenai Workshop on Cold Chain System Vaccine Management.

Target pembentukan lab CoE ini adalah untuk menciptakan kemandirian diantara negara – negara yang tergabung dalam (OKI) berdasarkann pengalaman Bio Farma yang produknya sudah digunakan di lebih dari 140 negara, selain untuk membuka potensi pasar baru di negara – negara benua Afrika  yang memiliki nilai strategis untuk membuka pintu gerbang tujuan ekspor nontradisional dan berbasis teknologi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *