JANGAN ANGGAP REMEH, INI YANG MEMBUAT IKAN CUPANG MAHAL

Bandung (BRS) – Banyaknya waktu di rumah akibat pandemi Covid-19, membuat sebagian masyarakat mencari kegiatan baru demi mengurangi rasa bosan, salah satunya adalah memelihara dan mengkoleksi ikan cupang.

Saat awal pandemi atau awal tahun 2020, bisnis ikan cupang sangat mencuat seiring banyaknya masyarakat yang tiba-tiba memiliki hobi memelihara ikan cupang. Hal ini pun membuat omzet para pedagang ikan cupang naik signifikan.

“Sebenarnya fenomena orang mulai memilihara ikan cupang itu bermula karena ada kontesnya di Indonesia pada tahun 1996. Hanya kala itu masih seputar cupang hias aduan ya,” ucap pemerhati ikan cupang, Agung Karim di sela-sela penjurian kontes ikan cupang CAF Betta Festival 2022 di Trans Studio Bandung, Jumat (14/1/2022).

“Dulu sih masih sedikit yang pelihara atau koleksi ikan cupang. Tapi awal tahun 2000 itu sebenarnya sudah mulai banyak, dan boleh dibilang sangat ramai dan banyak orang mengkoleksi itu ya ketika pandemi tahun 2020,” ucapnya lagi.

Fenomena ikan cupang, menurut Agung, bukan termasuk monkey business.

“Bukan. Ini bukan monkey business. Memilihara dan mengkoleksi ikan cupang itu memang sudah ada dari tahun 90 an,” tegas Agung.

Diketahui, ada beberapa fenomena yang menjadi trending sejak awal tahun 2000an. Sebut saja di tahun 2002 orang ramai memelihara ikan Lohan, lalu 2006 era nya tanaman Anthorium, tahun 2010 ramai dengan sepeda Fixie serta burung Love Bird, tahun 2014 dibanjiri dengan kilauan batu akik, dan di penghujung 2019 orang ramai mengkoleksi tanaman Monstera atau yang dikenal dengan nama tanaman Janda Bolong.

Terkait ikan cupang, Agung melanjutkan, merupakan sebuah tren yang masih bertahan hingga saat ini. Sejak tahun 2020, mulai banyak orang mengkoleksi ikan cupang, namun bukan cupang aduan, tapi lebih kepada keindahan dan keserasian warna yang dimilikinya.

“Itu salah satu yang membuat ikan cupang harganya mahal, warna dan keserasiannya,” kata Agung.

“Nah, pada CAF Betta Festival 2022 ini, penilaian ikan cupang itu ada dua kategori yaitu standar International Betta Congress atau IBC dan SNI. IBC merupakan standar internasional dan SNI standar nasional. Beberapa poin yang dinilai yaitu warnanya, kemudian foam bagian ekor dan ukuran ikan,” papar Agung.

“Jadi kita nilai dari sisi kecantikan, keserasian atau keindahan, seperti pada bentuk fisik ikan atau bentuk secara proporsionalitas, sirip dan ekor kemudian warna ikan dan mental ikan,” imbuhnya.

Kualitas ikan cupang, lanjut Agung, secara garis besar dilihat dari ukuran panjang total dan pemeriksaan visual. Ukuran panjang total yang dimaksud diukur dari ujung mulut hingga ujung ekor, dengan persyaratan minimal adalah 3.5 cm.

Adapun pemeriksaan visual meliputi keadaan kesehatan secara umum, keadaan fisik, tingkat agresivitas, struktur sirip dan bentuk tubuh, serta kesehatan ikan yang tampak secara visual. Pemeriksaan visual tersebut diterjemahkan dalam bentuk penilaian angka.

Diketahui, CAF Betta Festival 2022, sebuah ajang kompetisi ikan hias dan cupang terbesar di Jawa Barat yang berlangsung sejak 13 Januari hingga16 Januari 2022, dan diikuti oleh ratusan tim kontes dari seluruh Indonesia dengan total 2000an ikan cupang yang diikutsertakan. Di hari kedua penyelenggaraan, Jumat (14/1), sudah ratusan ikan hias dan cupang mulai diseleksi. Kompetisi ini memberikan total hadiah hingga Rp 500 juta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *