Anak Sering Jadi Sasaran Kekerasan Verbal Orangtuanya

[ad_1]

1548317ThinkstockPhotos-176933552780x390

Anak-anak yang menjadi korban kekerasan fisik dari orangtua atau orang dewasa di sekitarnya tentu menimbulkan keprihatinan. Padahal, ada bentuk kekerasan lain yang dampaknya tidak ringan, yakni kekerasan verbal atau kata-kata, yang sering diterima anak.

Menurut psikolog Naomi Soetikno, M.Pd, Psi, kekerasan adalah perilaku menyakiti sehingga korban mengalami kerugian atau kerusakan. Jika kekerasan fisik dampak kerugiannya akan tampak di tubuhnya, maka kekerasan verbal akan berdampak pada kondisi emosional anak.

“Kerugian dari kekerasan verbal ini si individu tidak mampu memiliki rasa percaya diri, tidak ada konsep diri yang baik, serta tidak bisa meregulasi dirinya dengan baik. Intinya kemampuan dasar individu untuk berkembang jadi terhambat,” kata Naomi dalam acara Forum Ngobrol Bareng Sahabat yang diadakan di Nutrifood Inspiring Center Jakarta (2/11/15).

Tidak semua kekerasan verbal bermaksud jahat, pada sebagian kasus, orangtua atau orang dewasa menggunakan kekerasan verbal untuk mendisiplinkan anak.

Namun pemilihan kata-kata yang tidak tepat, misalnya mencela, memaki, berkata kasar, atau pun menakut-nakuti, bisa melukai atau menjatuhkan harga diri anak.

Orangtua yang sedang dalam kondisi lelah atau stres juga sering tanpa sadar mengucapkan kata-kata yang sebenarnya termasuk dalam kekerasan verbal.

Kekerasan verbal yang diterima di masa kanak-kanak, yang merupakan masanya meniru dan mulai tertanamnya norma-norma yang akan ia ikuti, akan disimpan dalam alam bawah sadar anak.

Anak yang sering mendapat kekerasan verbal bisa kehilangan rasa percaya diri, menjadi penakut, merasa bersalah, hingga memiliki konsep diri negatif.

Selain dalam bentuk kata-kata, lanjut Naomi, kekerasan verbal juga tanpa sadar dilakukan orang dewasa melalui ucapan nonverbal.

“Kekerasan verbal tidak bisa dipisahkan dari nonverbal, misalnya tatapan mata melotot, intonasi, hingga tempo ucapan. Mungkin si ibu tidak mengucapkan kata negatif, tapi dengan tekanan dan intonasi tertentu anak menjadi ciut,” kata psikolog dari Universitas Tarumanegara Jakarta ini.

Selain orangtua, anak-anak juga bisa menjadi korban kekerasan verbal dari orang di sekitarnya, mulai dari kakek-nenek, guru di sekolah, teman bermain, hingga media.

Editor : Lusia Kus Anna
Sumber : KOMPAS

[ad_2]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *